JAKARTA-Striker Indonesia U-23, Illija Spasojevic belum bisa melupakan pembantaian di Stadion Nasional, Riffa, Bahrain. Februari 2012. Malam ini, Garuda Muda harus tampil lebih baik di ajang Anniversary Cup melawan Bahrain U-23 di stadion Pakansari, Bogor.
Skor 10-0 saat kualifikasi Piala Dunia 2014 di Stadion Nasional Bahrain, Riffa, Februari 2012, merupakan tragedi kelam bagi persepakbolaan Indonesia.
Sebelumnya, rekor kekalahan terbesar Indonesia terjadi 1974. Saat itu, para penggawa Garuda dikalahkan Denmark 9-0.
Skornya 10-0, enam tahun lalu itu memang sangat mencolok. Saking mencoloknya, FIFA harus menurunkan tim investigasi karena menganggap ada yang tidak wajar. Sikap itu cukup beralasan.
Sebab, di saat bersamaan, Bahrain butuh kemenangan besar. Minimal sembilan gol agar lolos ke babak kualifikasi berikutnya dengan syarat, Qatar dikalahkan Iran. Akan tetapi, usaha itu tidak membuahkan hasil. Qatar bermain imbang dengan Iran, 2-2. Striker Indonesia U-23, Illija Spasojevic praktis belum bisa melupakan itu. Memang ia baru bisa membela Indonesia tahun ini setelah melalui proses naturalisasi.
Selain menargetkan kemenangan, target pribadi juga diusung mantan striker PSM itu di turnamen peringatan ulang tahun PSSI ke-88 ini. Menurutnya, sebagai pemain naturalisasi, ia ingin memberikan kado trofi di tahun pertama menyandang status kewarganegaraan Indonesia.
Meski diakuinya lawan di ajang ini bukan tergolong lemah, atau secara peringkat ada di atas Indonesia. Ia menyebut semua bisa dilakukan. Sepak bola bukan hitung-hitungan di atas kertas atau sekadar data saja. Akan tetapi, kerja keras tim dan fokus selama pertandingan menjadi kunci sukses saat pemain berada di lapangan.
“Sebagai pemain tim nasional saya wajib memberikan kemenangan. Tidak peduli lawannya (secara peringkat) di atas atau di bawah. Bagi saya semua lawan kuat dan terpenting adalah menjalankan tugas saya mencetak gol dan bisa top skor di turnamen ini, semoga,” harapnya.
Pemain berusia 30 tahun itu yakin, ini momen tepat baginya memberikan performa maksimal untuk Indonesia. Di laga-laga sebelumnya ia masih harus mengenal karakter permainan tim. “Kemarin-kemarin, ya, masih adaptasi. Tetapi, saat ini saya pikir harus sudah siap dan bisa tampil terbaik,” janjinya.
Asisten Pelatih Indonesia U-23, Bima Sakti menambahkan ajang ini dijadikan tim pelatih untuk melihat level peningkatan tim untuk bersaing di Asian Games nanti. “Pelatih ingin pemain menganggap laga ini seperti Asian Games layaknya final. Jadi tim nanti akan turun dengan kekuatan penuh,” ucap Bima.
Hanya saja, mantan gelandang PSM itu mewaspadai kolektivitas permainan tim Bahrain dalam membangun serangan. “Catatan pelatih kami tidak boleh terburu-buru dan mudah kehilangan bola. Bahrain punya kecepatan di sayapnya. Beknya juga aktif membangun serangan,” jelasnya.
Setelah melawan Bahrain, timnas U-23 juga akan menjajal Korea Utara, Senin, 30 April dan jawara Piala Asia U-23, Uzbekistan, Kamis, 3 Mei mendatang. (jpg/bha)