SETU, TANGERANG EKSPRES.co.id-Kecamatan Setu mulai membangun sanitasi pembuangan buang air besar (BAB). Pembangunan sanitasi tersebut berupa pembuatan saluran, kloset dan septic tank.
Camat Setu Erwin Gemala Putra mengatakan, pembangunan sanitasi sudah dimulai sejak Jumat (3/6) di Kelurahan Babakan dan pada Senin (6/6) dilakukan di Kelurahan Setu. “Sejak Jumat lalu pembangunan sanitasi sudah kita mulai yakni, di Kelurahan Babakan dan Kelurahan Setu,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Senin (6/6).
Erwin menambahkan, pembangunan sanitasi di Kecamatan Setu tahun ini yang dianggarkan melalui APBD dan dilaksanakan dengan dana kelurahan ada 30 titik. Jumlah tersebut belum termasuk pembangunan sanitasi yang dibiayai oleh CSR dari perusahaan-perusahaan.
Ia berharap, dengan adanya pembangunan sanitasi tersebut kegiatan forum kota sehat yang salah satu indikator penilaiannya adalah ketersediaan pembuangan air besar dapat terealisasi di 6 kelurahan di Kecamatan Setu.
“Target kita tahun ini dari 6 kelurahan di Kecamatan Setu itu ada yang sudah selesai 100 persen untuk pembangunan septic tank,” tambahnya.
Erwin menjelaskan, berdasarkan data yang ada disemua kelurahan ada sekitar 500an warga yang tidak memiliki sanitasi. Namun, sekitar 450 warga yang sudah memiliki sanitasi yang dibangun menggunakan APBD.
“Di Setu ada 6 kelurahan dan paling banyak yang belum punya sanitasi ini di Kelurahan Kademangan, jumlahnya sekitar 100,” tambahnya.
Masih menurutnya, ada dua alasan kenapa warga di Kelurahan Kademangan tidak memiliki sanitasi. Pertama, tidak punya uang untuk membangun sanitasi dan kedua budaya. Sebagian masyarakat itu buang air besar pembuangannya dialirkan kolam yang ada di kebun tak jauh dari rumah.
“Yang akan kita kerjakan ada pembangunan sanitasi pembuangan air besar yang tidak punya uang untuk bangun. Pendanaan dari APBD yang ada di kelurahan dan manfaatkan CSR,” ungkapnya.
Erwin mengungkapkan, pembuatannya atau pembangunan MCK itu secara perorangan dan komunal. Secara komunal pihaknya akan membangun bagi warga yang memiliki keterbatasan lahan. Artinya satu lobang bisa dipakai untuk 5-6 rumah dan itu menggunakan tanah warga juga.
“Kalau warga yang punya lahan yang cukup maka dibangun sanitasi perorangan. Yang dibangun septic tank dan MCKnya karena, warga ada yang punya kloset tapi, pembuangannya ke kolam, ada yang belum punya kloset sama sekali,” tutupnya. (bud/esa)