TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Pemkot Tangsel terus berupaya menurunkan angka kasus stunting.
Stunting adalah masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang sehingga mengakibatkan tinggi badan anak tidak sesuai dengan tinggi badan anak lain seusianya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, berdasarkan data dari e-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), angka kasus stunting pada 2022 di Kota Tangsel yaitu 1,15 persen dari jumlah balita dengan jumlah kasus tertinggi di Kecamatan Ciputat Timur (1,66 persen).
“Berdasarkan hasil pelaksanaan survei status gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di Provinsi Banten mengalami penurunan dari 24,5 persen pada 2021 menjadi 20 persen pada 2022,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Kamis, 26 Januari 2023.
Menurut Allin, berdasarkan data SSGI di Kota Tangsel angka stunting mengalami penurunan dari 19,9 persen pada 2021 menjadi 9 persen pada 2022.
Faktor penyebab stunting di Kota Tangsel antara lain masih rendahnya pemahaman masyarkat tentang pola asuh yang baik, lingkungan tempat tinggal mengalami kasus penyakit menular, dan keluarga buang besar sembarang.
“Termasuk kehamilan dengan status gizi kurang, calon pengantin terpapar asap rokok dan mengalami kurang energi kronik, tidak menggunakan KB pascasalin, paparan asap rokok dan pemahaman yang rendah terhadap buku KIA dan stunting,” ujarnya.
Menurut dia, pihaknya terus berupaya melakukan berbagai cara untuk percepatan penurunan stunting. Seperti melaksanakan program Ngider Sehat untuk mendekatkan upaya promotif, preventif dan kuratif kepada masyarakat. Juga melaksanakan musyawarah masyarakat kelurahan sebelum pembentukan pos gizi.
Kemudian pembentukan pos gizi setiap kelurahan, pemberian makanan tambahan penyuluhan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang gizi. Edukasi kepada masyarakat terkait 1.000 hari pertama kehidupan untuk pencegahan terjadinya stunting. Termasuk penyegaran kader posyandu untuk pengukuran antropometri di posyandu.
“Kita juga melakukan deteksi dini balita dengan SDIDTK. Tata laksana rujukan balita yang saat ditimbang tidak mengalami kenaikan berat badan ke puskesmas untuk diberikan intervensi. Termasuk pelaksanaan Manajemen terpadu balita sakit dan gizi buruk,” ungkapnya.
Mantan Direktur RSU Kota Tangsel ini mengungkapkan, pihaknya juga melakukan koordinasi dengan perangkat daerah lainnya seperti Bapelitbangda, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian Dan Perikanan, DP3AP2KB, Disdukcapil, Disperkimta, Dinas Cipta Karya, Dinas Kominfo, Dindikbud dalam konvergensi percepatan penurunan stunting.
“Kita juga melakukan pembentukan posyandu remaja di masing masing kelurahan dan lainnya,” ungkapnya.
Sementara itu, Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengapresiasi kepada semua pihak yang telah ambil bagian dalam menekan angka prevalensi stunting di wilayahnya.
“Angka kasus stunting memang turun tapi, kita jangan cepat puas diri dan pola hidup sehat harus terus dijalankan,” ujarnya.
Pria yang biasa disapa Pak Ben ini menambahkan, masalah stunting menjadi masalah serius bagi kita semua dan menjadi investasi SDM menyongsong Indonesia Emas pada 2045.
“Dengan melakukan langkah-langkah yang kita lakukan saya yakin ke depan dapat terus menurutkan angka prevalensi stunting,” katanya. (*)
Reporter: Tri Budi
Editor: Sutanto Ibnu Omo