Beranda POLITIK Perempuan Tidak Melulu Sebagai Pelengkap, Tapi Harus Melek Politik

Perempuan Tidak Melulu Sebagai Pelengkap, Tapi Harus Melek Politik

0
BERBAGI
Dari Kiri : Politisi dari Partai Golkar, Ika Lestari, Anggota DPRD Provinsi Banten, Sri Hartati, mantan Ketua DPC PPP Kota Tangerang, Yati Rohayati dan Moderator Nazzamia Luthfiyah dalam Diskusi Publik Kepemiluan yang digelar di Aula MUI Kota Tangerang, Rabu ( 1/3/2023).

TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Perempuan perlu melek politik, dikarenakan perempuan pun dapat mengubah tatanan di masyarakat. Pentingnya peran perempuan dalam kancah perpolitikan untuk mengubah stigma yang ada pada masyarakat, stigma politik bukan wilayah kajian perempuan dalam budaya patriarki hanya sebatas kasur, dapur dan sumur. Selebihnya dianggap wilayah kekuasaan laki-laki. Hal itu disampaikan Moderator yang juga Ketua Umum Kohati Cabang Tangerang Nazzamia Luthfiyah, dalam diskusi publik kepemiluan dengan tema ‘Peran Perempuan Dalam Kancah Politik Menuju Pemilu 2024’, yang digelar di Aula MUI Kota Tangerang, Rabu (1/3).

Diskusi itu menghadirkan kolaborasi politisi perempuan senior seperti anggota DPRD Provinsi Banten, Sri Hartati dan mantan Ketua DPC PPP Kota Tangerang Yati Rohayati serta politisi dari Partai Golkar dari kalangan milenial yakni Ketua Himpunan Wanita Karya Kota Tangerang, Ika Lestari.

Para tokoh perempuan di Kota Tangerang bersepakat agar kaum Hawa tidak hanya menjadi pelengkap dalam dinamika perpolitikan Indonesia. Untuk itu, peningkatan kapasitas menjadi keniscayaan agar mereka bisa berkiprah sejajar dengan pria.

Sri Hayati menjelaskan, politik pada hakikatnya merupakan kekuasaan dan pembuatan keputusan. Politik mengajarkan strategi bagaimana manusia merebut, mendapatkan, dan mengelola kekuasaan serta bagaimana membuat keputusan. Perempuan tidak melulu hanya menjadi pelengkap dalam dinamika politik.

“Kitq kaum perempuan harus hadir, ruang itu sudah ada. Dengan ketentuan bahwa harus ada keterwakilan minimal 30 persen artinya bahwa perempuan diberi peluang seluas-luasnya untuk bisa menjadi politisi,” ungkap Sri Hartati.

Dia juga mengatakan, bahwa politik adalah sebuah kebaikan. Untuk itu, perlu dihapus stigma bahwa politik merupakan kekerasan. “Perempuan harus bisa mengisi kekosongan yang ada. Kenapa harus saya sampaikan mengisi kekosongan yang ada, karena hingga hari ini keterwakilan minimal 30 persen di legislatif belum tercapai. Nah, saya melihat perkembangan kemajuan perempuan sampai hari ini ada geliat, bahwa ada keinginan perempuan-perempuan khususnya di Kota Tangerang, Banten untuk menjadi caleg,” ujarnya.

Menurutnya, perempuan berpolitik menjadi langkah maju. Sebab mereka semakin hari makin bisa mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat. “Ketika perempuan di dalam kebijakan legislatif itu tidak memenuhi standar yang kita inginkan, pasti kebutuhan perempuan serta anak seperti kesehatan pendidikan berat diperjuangkan. Nah, untuk itu saya harapkan perempuan harus mulai ikut berpikir kesejahteraan rakyat bisa terwujud dengan kontribusi kebijakan perempuan tentunya,” paparnya.

Yati Rohayati yang merupakan politisi dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengatakan, agar perempuan tidak sekadar menjadi pelengkap dalam proses politik merupakan tugas bersama, baik itu pemerintah, pemangku kepentingan atau stakeholder serta pengurus partai agar.

“Masih banyak perempuan merasa bahwa politik itu ranahnya laki-laki sehingga tidak mau terjun langsung. Jadi kehadirannya akhirnya hanya sekadar ikut-ikutan,”tandadnya.

Oleh karenanya, peningkatan kemampuan perempuan, kata Yati yang juga mantan Anggota DPRD Kota Tangerang, sangat diperlukan sehingga perempuan merasa keberadaannya diperlukan di politik itu.

“Perempuan masuk berpolitik bukan karena diajak tetapi dia memiliki peran dan eksis,” tukasnya.

Sementara, politisi dari kaum milenial, Ika Lestari menuturkan, kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada kaum muda, khususnya dari kalangan perempuan perlu diapresiasi. Sebab itu artinya kesempatan telah ada. “Sekarang adalah, bagaimana mengambil peluangnya, peluangnya apa? Ya tadi adanya kekhawatiran stigma di masyarakat bahwa perempuan tidak mampu. PR nya adalah menambah kapasitas, kapabilitas perempuan serta tampil dan hadir sehingga dipandang mampu,” papar Ika yang sudah berkiprah di dunia politik selama 15 tahun.

Selain itu, Ika juga memberi masukan kepada kaum milenial yang tertarik dan ingin terjun berkiprah di masyarakat. Dia berpandangan berpolitik adalah pilihan tepat. “Kita harus menjadi sesuatu untuk dapat menentukan kebijakan-kebijakan lewat kebijakan pemerintah,” kata politisi Partai Golkar ini yang juga anak dari Wakil Walikota Tangerang, Sachrudin.(*)

Reporter : Abdul Aziz

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here