TangerangEkspres.co.id – Ketika seorang anak terlahir di dunia, kedua orang tua serta kerabat menyambutnya dengan bahagia.
Betapa tidak sang buah hati yang telah ditunggu-tunggunya kini hadir dengan selamat.
Ihwal kelahiran seorang bayi itu bagaimana Islam memandangnya?
Dan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam seperti apa yang harus dilakukan kala itu?
Dikutip dari buku “Parenting Islami Membimbing Buah Hati sesuai Sunnah Nabi” yang diterbitkan oleh Penerbit Media Tasfiyah Temanggung pada 2022, ada tiga hal terkait kelahiran si buah hati.
Ketiga hal tersebut sebagai berikut.
1. Islam memandang kelahiran seorang anak sebagai kabar gembira
Kelahiran anak ialah nikmat besar yang Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.
Karena ada sebagian orang yang Allah tunda atau tidak diberikan anak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang artinya,
“Wahai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan kelahiran seorang anak bernama Yahya.” (Q.S. Maryam: 7)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa kelahiran anak sebagai kabar gembira.
Sama saja anak yang dilahirkan itu ialah laki-laki atau perempuan.
Semuanya ialah nikmat dari Allah.
Karenanya Allah mencela orang-orang yang marah kala istrinya melahirkan anak perempuan.
Hal ini sebagaimana firman Allah yang artinya,
“Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar tentang (kelahiran) anak perempuan, maka menjadi merah padamlah mukanya dan dia sangat marah.
Ia menyembunyikan dirinya dari orang-orang disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.
Apakah ia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya (hidup-hidup) ke dalam tanah.
Ketahuilah alangkah buruk apa yang mereka tetapkan itu.” (Q.S. an-Nahl: 58-59)
2. Tahnik dan doa keberkahan bagi si kecil
Di antara tuntutan Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat hari kelahiran ialah mentahnik bayi.
Yakni mengunyah sesuatu dari makanan lantas menyuapkannya ke mulut bayi dan menggosok-gosokkannya pada langit-langit mulut bayi.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dulu melakukan tahnik dengan kurma.
Selain itu, Rasul pun mendoakan keberkahan bagi bayi yang baru lahir.
3. Bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmat-Nya
Disebutkan dalam kitab “al-Adabul Mufrad” karya Imam al-Bukhari bahwa ada sebuah atsar dari Ummul Mukminin Aisyah radhillahu anha.
Atsar itu menyatakan bahwa jika di antara keluarganya (Aisyah radhillahu anha) ada yang melahirkan, beliau tidak menanyakan apakah yang dilahirkannya bayi laki-laki atau perempuan.
Akan tetapi, beliau menanyakan apakah bayi yang dilahirkan itu dalam keadaan sehat.
Jika bayi itu sehat maka beliau mengucapkan, “Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamain.”
Beliau tak menanyakan bayi yang dilahirkan laki-laki atau perempuan.
Sebab ada kesan jelek pada masa jahiliyah jika bayi yang terlahir ialah bayi perempuan.
Aisyah radhiallahu anha ingin menanamkan kepada kaum muslimin bahwa bayi laki-laki maupun perempuan yang dilahirkan adalah anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus disyukuri. (*)
Editor: Sutanto Ibnu Omo