TangerangEkspres.co.id – Dinas Kesehatan Kota Tangsel memeringati hari Tuberkulosis (TBC) sedunia.
Peringatan dengan tema “Ayo bersama akhiri TBC, Indonesia bisa” tersebut dilaksanakan di Aula Blandongan Balai Kota, Rabu, 15 Maret 2023.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, setiap 24 Maret diperingati sebagai hari TBC sedunia tapi, Kota Tangsel peringati pada 15 Maret.
“24 Maret diperingati karena ini adalah bagaimana kita harus terus meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai konsekuensi dari kesehatan, bagaimana konsekuensi sosial dan sosial dari TBS itu sendiri,” ujarnya saat sambutan, Rabu, 15 Maret 2023.
Allin menambahkan, berdasarkan data, saat ini Kota Tangsel dibanding pada 2021 sebelumnya terjadi kenaikan kasus TBC. Pada 2021 angka yang didapat angka absolutnya 3.046, pada 2022 meningkat sekitar 60 persen diangka 4.5051.
“Ini merupakan bukti bahwa skrining terus kita lakukan dan konsekuensinya pasti kasus TBC akan ditemukan,” tambahnya.
Masih menurutnya, pihaknya belum bisa mencapai dari yang direncanakan dari target penemuan 90 persen tapi, baru menemukan 70 persen.
Artinya pasien TBC yang tidak ditemukan tersebut akan dapat menjadi sumber penularan TBC di masyarakat dan itu menjadi tantangan bersama untuk program penanganan TBC di Kota Tangsel.
“Dilihat secara gender, laki-laki lebih besar kena TBC dan usianya lebih dari 14 tahun,” jelasnya.
Wanita berkerudung ini mengungkapkan, pihaknya terus mengupayakan Temukan Tuberkulosis Obati sampai Sembuh (TOSS).
Bila tidak diatasi secara tuntas maka TBC akan menjadi masalah dikemudian hari.
“TBC ini sangat menular, penularannya orang per orang melalui droplet,” ungkapnya.
Allin menjelaskan, angka drop out pemakai obat TBC di Kota Tangsel mencapai 14 persen dan itu juga menjadi sumber penularan.
“Belum lagi yang di drop out ini saat diobati kembalipun bisa saja terjadi resistensi obat, sehingga membuat masalah lainnya,” tuturnya.
Mantan Direktur RSU Tangsel ini mengungkapkan, di wilayahnya semua Puskesmas sudah bisa mengobati TBC, rumah dan klinik juga bisa karena, obat juga disupport oleh Dinkes.
“Saat ini kita punya alat tes cepat moluculer (TCM) akurasinya 99 persen. Ini yang tidak dideteksi mikroskop dan kalau pakai TMC maka TBC bisa terdeteksi,” tuturnya.
Sementara itu, Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) TBC masih menjadi masalah kesehatan di dunia hingga saat ini.
“Estimasi jumlah orang terdiagnosis TBC pada 2021 secara global sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600 ribu kasus dari 2020 yang diperkirakan 10 juta kasus TBC. Indonesia sendiri berada pada posisi kedua dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India diikuti oleh Cina,” ujarnya.
Pria yang biasa disapa Pak Ben ini menambahkan, angka keberhasilan pengobatan TBC masih sub optimal pada 85 persen, dibawah target global sebesar 90 persen.
Sedangkan jumlah kasus TBC yang ditemukan dan dilaporkan ke SITB pada 2022 sebesar 74 persen dari target 85 persen.
Pasien TBC yang belum ditemukan dapat menjadi sumber penularan TBC di masyarakat sehingga hal ini menjadi tantangan besar bagi program penanggulangan TBC di Indonesia.
Mengakhiri epidemi TBC menjadi salah satu target penting dalam tujuan pembangunan berkelanjutan yang harus dicapai bersama dengan tujuan-tujuan lainnya oleh suatu negara untuk dapat sejahtera dan setara.
Sebagai salah satu bentuk implementasi, strategi nasional kelima dalam Perpres 67/2021 yaitu peningkatan peran serta komunitas, pemangku kepentingan dan multisektor lainnya dalam penanggulangan TBC.
“Peringatan hari TBC sedunia tingkat Kota Tangsel pada 15 maret 2023 menjadi momen yang tepat untuk mengajak keterlibatan multi-sektor yang ada di Kota Tangsel dalam upaya mendukung eliminasi TBC 2030,” terangnya.
Menurutnya, tema nasional dalam HTBC 2023 adalah “ayo bersama akhiri TBC, Indonesia bisa”, diharapkan dengan tema tersebut dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan TBC melalui ajakan seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung penanggulangan TBC. Baik dalam pencegahan, penemuan kasus maupun dukungan untuk proses pengobatan sampai sembuh.
“Peran serta semua pihak dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia sangat diperlukan,” tutupnya. (*)
Reporter: Tri Budi
Editor: Sutanto Ibnu Omo