SERANG, TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Berdasarkan data dari Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian dan Perdagangan Kota Serang, harga beras medium, premium, hingga Bulog terus mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir.
Harga beras medium sebelumnya hanya dikisaran Rp9.450, kini menyentuh Rp13.000 per kilogram. Kemudian, untuk premium Rp15.000 perkilogram, yang sebelumnya hanya dikisaran Rp12.800.
Kenaikan juga dialami harga beras bulog, yang kini diangka Rp10.900, dari yang sebelumnya dikisaran Rp9.450.
Menurut Penjabat (Pj) Walikota Serang Yedi Rahmat mengatakan, harga beras di wilayah Kota Serang saat ini mengalami kenaikan hingga 40 persen.
“Beras medium Rp13.000 per kilogramnya, dan itu naik sekitar 40 persen. Memang, biasanya menjelang nataru ini harga kebutuhan pasti naik,” katanya, Minggu 10 Desember 2023.
Kepala Bidang Perdagangan Diskopukmperindag Kota Serang Yayan Kosasih mengatakan, kenaikan tersebut dampak dari fenomena elnino yang menyebabkan banyaknya petani yang mengalami gagal panen.
Produksi padi di Banten tahun ini tercatat sebesar 1,6 juta ton. Jumlah itu turun 6,14 persen dari tahun lalu yakni 1,79 ton. Penurunan ini karena menurunnya luasan panen padi akibat bencana kekeringan alias El Nino.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid membenarkan produksi padi di Banten tahun ini berkurang sebanyak 109,82 ribu ton. Fenomena penurunan produksi padi ini terjadi secara nasional. Berkisar antara 6 hingga 7 persen.
“Kami melakukan sebuah evaluasi bagaimana sih kondisi pangan, khususnya pada tiga komoditas yakni jagung, beras dan kedelai. Berdasarkan rilis dari BPS tahun 2023, produksi padi secara nasional turun 6 sampai 7 persen termasuk di Banten,” katanya.
Faktor utama penyebab turunnya produksi padi tahun ini disebabkan bencana kekeringan karena fenomena El Nino. Kondisi tersebut berdampak pada luas lahan panen padi berkurang. Pada 2022 luas panen padi tercatat seluas 337,24 hektare, sedangkan tahun ini turun 7,31 persen menjadi 24,66 ribu hektare.
“Akibatnya, produksi padi menjadi beras juga mengalami penurunan sekitar 62,54 ribu ton atau 6,14 persen dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 1,02 juta ton,” ujarnya.
Selain itu, El Nino menyebabkan krisis air di sejumlah daerah dan menyebabkan ribuan hektare sawah puso atau gagal panen.
“Kata kunci kita ada faktor air. Air sebagai sumber kehidupan sangat berpengaruh terhadap pertanian. Dan di Banten pada beberapa bulan terakhir ini faktor air sangatlah rendah,” kata Agus.
Ia mengatakan, kendati ada penurunan produksi, namun produksi padi di Banten ini tetap berada di tingkat 8 besar produksi padi se Indonesia.
“Pemerintah juga terus berupaya untuk mencegah naiknya inflasi yang dapat berpengaruh terhadap naiknya harga kebutuhan pokok,” kata Agus. (*)
Reporter: Dani Mukarom