Beranda TANGERANG HUB Dua Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Tangsel

Dua Kasus Cacar Monyet Ditemukan di Tangsel

0
BERBAGI
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar. Foto Tri Budi/tangerangekspres.co.id

PAMULANG, TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Per 30 Oktober 2023, di Kota Tangsel dilaporkan ada dua orang laki-laki terkonfirmasi penyakit Cacar Monyet (Monkeypox). Hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen yang dikirimkan ke BKPK Kementerian Kesehatan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan, kasus pertama dialami laki-laki yang berdomisili baru 10 bulan di Kota Tangsel. Lelaki itu memiliki KTP luar Tangsel berusia 24 tahun. Kasus kedua laki-laki domisili dan KTP Kota Tangsel berusia 31 tahun.

“Keduanya demam, lesi di tangan, wajah, badan. Tidak ada komorbid, kondisi saat ini sudah ditangani dilakukan isolasi, tidak ada keluhan, kontak eratnya dilakukan pemantauan oleh Puskesmas setempat,” ujarnya kepada TANGERANGEKSPRES.CO.ID, Kamis, 2 November 2023

Allin mengimbau masyarakat agar tidak panik dan tetap waspada Cacar Monyet dengan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta meningkatkan protokol mesehatan.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan kewaspadaan dini dan respon terhadap kasus dugaan Monkeypox, pihaknya sudah melakukan sosialisasi, edukasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat tentang Monkeypox.

“Kita juga memperkuat sistem surveilans yang sudah ada untuk melakukan investigasi maupun pelacakan kontak,” tambahnya.

Menurutnya, jika masyarakat mengalami gejala Monkeypox maka segera ke fasilitas pelayanan kesehatan atau rumah sakit agar mendapatkan pengobatan simtomatik dan suportif untuk meringankan gejala yang ada hingga mencegah terjadinya infeksi sekuder.

Rumah sakit di Kota Tangsel sudah siap untuk merawat pasien Monkeypox. “Kami sudah memberikan pedoman pencegahan dan pengendalian penyakit monkeypox bagi tenaga kesehatan,” jelasnya.

Wanita berkerudung ini mengungkapkan, adapun penanganan pasien Monkeypox selain diberikan pengobatan, juga akan diisolasi, bisa dengan isolasi mandiri maupun rumah sakit.

Tidak diperlukan ruang isolasi sebagaimana pasien Covid-19. Pasien Monkeypox akan sembuh sendiri manakala tidak ada infeksi tambahan atau tidak ada komorbid yang berat yang dapat memperberat kondisi pasien.

“Kami juga mengharapkan peran serta masyarakat dalam upaya deteksi dini untuk segera melaporkan jika ditemukan kasus seperti Monkeypox di wilayahnya. Laporkan segera kepada Puskesmas atau fasilitas pelayanan Kesehatan setempat agar dapat ditindaklanjuti,” tuturnya.

Mantan Direktur RSU Kota Tangsel inj menjelaskan, Kementerian Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/4408/2023 Tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Mpox (Monkey Pox) di Indonesia.

Penyakit Monkeypox merupakan emerging zoonosis yang disebabkan virus monkeypox. Penyakit tersebut dapat bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung sekitar 2-4 minggu, namun dapat berkembang menjadi berat hingga kematian.

Penularan Monkeypox melalui droplet, kontak langsung dengan lesi dan cairan tubuh termasuk benda terkontaminasi, hubungan seksual.
Gejala penyakit antara lain demam akut lebih 38,5 Celcius setelah 1-3 hari, ruam akut, nyeri otot, sakit punggung, kelelahan tubuh serta ditemukan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati).

“Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut,” tuturnya.

Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka atau terbuka (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).

Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 2 hingga 4 minggu
Konfirmasi Monkeypox hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium, diantaranya menggunakan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) dan atau sekuensing.

“Diagosis pasti pemeriksaan PCR Monkeypox, tenaga kesehatan di rumah sakit akan mengambil spesimen dari lesi kulit, termasuk swab dari permukaan lesi kemudian mengirimkan spesimen ke laboratorium rujukan nasional BKPK Kementerian Kesehatan,” tuturnya. (*)

Reporter: Tri Budi

Editor: Sutanto bin Omo

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here