Beranda TANGERANG HUB Hikmah Pandemi, Budidaya Udang Vaname Jadi Solusi Warga Solear

Hikmah Pandemi, Budidaya Udang Vaname Jadi Solusi Warga Solear

0
BERBAGI
ASEP SUNARYO/TANGERANG EKSPRES. MONITORING: Bidang Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang melakukan monitoring pembudidaya udang Vaname air tawar di Desa Munjul, Kecamatan Solear, Selasa (23/8).

KABUPATEN TANGERANG, TANGERANGEKSPRES.CO.ID –Pandemi tidak selamanya menjadi masalah terkadang menjadi hikmah. Hal itu dikemukakan Awing seorang pembudidaya udang Vaname baru ada lokasi di Kabupaten Tangerang. Kecamatan Solear dan Kronjo. Selain waktu pembibitan yang cepat, keuntungan hasil panen udang juga cukup menjanjikan.

Salah satu pembudidaya kolam bulat asal Desa Munjul, Kecamatan Solear, Awing mengaku, belajar antara 7 sampai 8 bulan sebelum memulai membuka budidaya. “Karena pandemi Covid-19 saya cari usaha apa yang tidak keluar rumah. Ternyata budidaya udang vaname. Saya coba belajar 7 sampai 8 bulan baru ketemu penyuluh dari dinas diajarkan lebih lanjut sampai sekarang,” jelasnya kepada Tangerang Ekspres, Selasa 23 Agustus 2022.

Kolam bulat yang Awing buat di halaman rumah dengan ukuran diameter 3 meter dan tinggi sekira 1,5 meter. Di mana, ada 8 mesin rator untuk sirkulasi air di kolam. “Kita beli 6 ribu ekor bibit udang di kolam ini,” jelasnya.

Ia menuturkan, dilakukan pergantian air tiga sampai empat hari sekali untuk menjaga adaptasi udang yang biasa hidup di habitat air payau. “Tiga empat hari saya bersihkan kolam dan diberikan prabiotik untuk biar adaptasi di air tawar dan pakannya itu pelet diberi lima kali dalam sehari,” jelasnya.

Ia memaparkan, modal awal untuk membudidayakan udang vaname sebesar Rp10 juta. Rincinya, pembuatan kolam bulat Rp1,4 juta, mesin air rator Rp2,2 juta, ganset untuk menjaga mati listrik Rp2,2 juta dan membeli air Rp1,2 juta per satu tangki. “Jadi modal awal sekitar Rp10 juta. Rutin modal berjalan itu hanya pakan saja dan pupuk kapur dolomit,” katanya.

Sementara, Pendamping Budidaya Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Khaerudin mengatakan, peminat udang vaname ada di pasar lokal Jabodetabek hingga ke internasional. Ia memaparkan, pembudidaya bisa menikmati keuntungan pada saat panen kedua.

“Kalau keuntungan dengan modal Rp50 juta bisa merup untung 50 persen dari modal. Itu bila berjalan lancar. Kalau banyaknya udang saat panen itu tergantung luasan kolam. Bila luasan seribu meter itu hasilnya 8 kuintal sampai satu ton udang. Modal yang dikeluarkan per kilogram udang vaname Rp36 ribu sampai Rp40 ribu. Jadi bila hasil panen satu ton itu bisa Rp40 juta,” jelasnya.

Ia memaparkan, kendala yang sering dihadapi pembudidaya yakni pergantian musim kemarau ke penghujan dan sebaliknya. Menurutnya, budidaya bibit hingga panen akan didampingi dari pemerintah daerah sehingga bisa meminimalisir risiko gagal panen udang vaname. “Kendalanya biasanya terlalu nafsu, udang kecil harusnya gimana tahu-tahu ketemu peralihan musim. Kemudian kendala memang untuk di udang biaya terbesar itu pakan. Kurang lebih 40 persen sampai 60 persen modalnya untuk pakan,” jelasnya.

“Kita lihat harga jual biasanya 60 ribu per kilogram. Kalau size udang besar maka lebih besar lagi keuntungannya. Kalau bagus dan sarana dan prasarana terpenuhi itu panen kedua sudah keuntungan. Untuk eksportir biasanya kita ke perusahaan yang sudah ada di Cikande dan lokal ke restoran atau konsumsi rumahan di Jabodetabek. Yang sudah berkembang itu di Kecamatan Kronjo. Awal dari kolam sekarang sudah bisa sewa lahan untuk pembibitan,” pungkasnya. (sep/din)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here