SERANG,TANGERANGEKSPRES.CO.ID – Kabupaten Serang memiliki potensi lobster yang sangat besar, terlihat dari setiap harinya nelayan bisa mendapatkan sebanyak 700 gram hingga 1 Kilogram lobster. Bahkan, ada nelayan di Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, berhasil menangkap lobster jenis mutiara dengan berat 1,5 Kilogram.
Jenis lobster ini, merupakan yang termahal karena memiliki tekstur daging yang begitu lembut, dan makanan terfavorit warga Indonesia. Tak heran jika lobster dengan nama latin Panulirus Ornatus ini, dibanderol dengan harga Rp1,5 juta hingga Rp5 juta dari mulai berat 1 Kilogram hingga 1,5 Kilogram.
Penyuluhan Perikanan Bantu pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Ardi mengatakan, nelayan yang fokus menangkap lobster hanya di Desa Kamasan, Kecamatan Cinangka, terdapat empat kelompok yang masing-masing kelompoknya ada 10 orang. Dalam sehari, mereka bisa mendapatkan 700 gram hingga 1 Kilogram hanya dengan menebar jaring pada siang hari dan pagi hari baru diangkat.
“Bahkan ada nelayan bisa mendapatkan 1,5 Kilogram sehari, itu sudah cukup lumayan untuk peningkatan perekonomian mereka. Jenis lobster yang mereka dapatkan, mulai dari paling mahal jenis mutiara, lalu jenis bambu, jenis pasir, dan jenis pakistan,” katanya, Rabu 8 November 2023.
Ardi mengatakan, untuk pemasaran lobster tidak terlalu repot karena dalam seminggu sekali, ada koperasi nelayan Kecamatan Cinangka yang membawa lobster tersebut ke Jakarta untuk jual.
Sedangkan, untuk harganya setiap hari dapat berubah-ubah karena disesuaikan dengan seseorang yang melakukan penawaran harga lobster tersebut.
“Misalnya untuk besok, si penawar memberi harga sekian dan itu malamnya sudah diinformasikan oleh bayern, dan harga itu setiap hari berubah-ubah. Biasanya, kita menjual saat harganya lagi mahal,” ujarnya.
Dikatakan Ardi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang, harus ikut membantu nelayan lobster ini dengan memberikan bantuan berupa alat tangkap yang layak. Pasalnya, beberapa kali mereka menangkap lobster jaringnya itu cepat rusak lantaran tentakel dari lobster dapat merobek jaring nelayan.
“Pemerintah harus mendorong nelayan lobster ini, dengan memberikan bantuan alat tangkap salah satunya jaring. Karena memang, alat tangkap yang mereka gunakan untuk lobster ini cepat rusak lantaran kualitasnya kurang bagus,” ucapnya.
Mengenai soal apakah lobster bisa dibudidayakan, kata Ardi, sebetulnya bisa karena telah dilakukan uji coba di Pulau Panjang, namun tingkat keberhasilannya hanya 20 hingga 40 persen. Pasalnya, lobster ini sifatnya kanibal saling memakan satu sama lain, dan permasalahan itu yang belum dapat teratasi.
“Lobster ini sifatnya kanibal, kita kesulitan mengatasinya meskipun sudah diberikan tempat berlindung seperti pipa namun tetap saja percuma. Karena, lobster ini kalau ganti kulit akan lemah dan itu mudah diserang oleh temannya,” tuturnya. (*)
Reporter : Agung Gumelar